Sebuah blog yang berisi semua tentang perjuangan ngampus, perjuangan anak kos, informatics, teknologi, islami, info-info menarik dan masih banyak yang lainnya :D kunjungi terus blog ini gan !!! -------------------------------------------------------- Blog ini 90% Copy Paste dan 10% Tulisan Sendiri !

Jumat, 21 Maret 2014

Mahasiswa adalah Tuhan untuk Dirinya Sendiri


Terlepas dari segala kebanggan atas segala prestasi yang diraih anak bangsa dalam segala bidang ketika berseragam kebesaran yang bernama "Mahasiswa", baik prestasi nasional maupun internasional, baik dalam bidang otomotif, pengetahuan alam, olahraga, teknologi dan lain-lain. Mahasiswa juga identik atau lekat dengan yang hal-hal yang berbau demo, tawuran, atau hal lain yang nyaris sama atau bersenggolan dengan kata kekerasan.


Mahasiswa? dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mahasiwa adalah orang yang selagi belajar di perguruan tinggi. Sedikit mengkritisi arti Mahasiswa dalam KBBI, jikalau Mahasiswa hanya berpengetian orang yang selagi belajar, kenapa tidak pula disebut juga dengan siswa atau murid. Jika tujuan adalah sama, yaitu belajar. Hanya saja, nama wadah dan tempat yang berbeda, sekolah dan perguruan tinggi.


Kata "Maha" dalam "Mahasiswa" sebenarnya sangat riskan, karena justru kata "Maha" sangat identik dengan "Tuhan". Kita baca lagi arti "Maha" dalam KBBI, yaitu bisa berarti sangat; amat; dan teramat. Jadi jika berpacu arti kata dari KBBI, Mahasiswa jelas memiliki kedudukan yang spesial, yang memiliki kewenangan sendiri yang sangat; amat; dan teramat.


Mungkin dari sinilah, bentuk mahasiswa di Indonesia pada umumnya, atau dalam kampus per kampus memiliki perbedaan yang beragam dan kesenjangan yang tak bisa dibatasi.


Sebagai seorang yang selagi belajar dalam suatu lembaga pendidikan yang disebut Perguruan Tinggi, dan kita menyandang status "Mahasiswa", jelas dengan kata "Maha" kita seperti seorang yang bebas dengan keabsolutan.


Hal inilah yang seperti menjadikan kita sebagai Tuhan atas diri kita sendiri, bagaimana tidak, kita terasa terbebas dari beban dan aturan yang sangat rumit, yang jelas jauh beda sewaktu kita berada di bangku sekolah.


Kita bisa mengatur diri kita sendiri, sesuai yang kita mau, sesuai gambar yang kita lukiskan, namun haruslah tetap dalam konteks lurus kemasyarakatan dan kemanusiaan agar kita tetap diterima.


Disaat inilah peran diri sendiri sangat berpengaruh dalam menyandang status "Mahasiswa", karena selain belajar, kita pasti memilih jalur lain untuk kesibukan, bisa dalam jalur prestasi, kepuasaan diri, ataukah, manfaat untuk orang lain. Atau ketiganya bisa diartikan jadi satu.


Untuk membahas masalah prestasi, sudahlah jangan ditanya untuk mahasiswa Indonesia, sudah banyak prestasi yang membanggakan dan mengharumkan bangsa. Kepuasan diri? itu juga berbelit, semua orang juga butuh kepuasan diri.


Jadi mari kita lebih kupas yang dalam mengenai "Manfaat untuk orang lain", kembali ke awal, jika memang mahasiswa juga identik dengan demo, tawuran, atau hal lain yang bersinggung dengan fisik dan kekarasan.


Sebenarnya jika ditarik dalam garis besar, mahasiswa memiliki arti penting dalam membebaskan masyarakat dari jurang keterpurukan, penindadasan, kemiskinan, dan kata sadis yang sudah banyak menyanding dengan masyarakat terzhalimi.


Dengan kata "Maha" yang melekat dalam "Mahasiswa", ini jelas suatu keuntungan dan juga bisa menjadi sebuah beban, jika kita tidak bisa merubah beban itu menjadi keuntungan.


Mahasiswa, adalah kader bangsa, yang seharusnya bisa menjadi barisan terdepan untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya pada orang lain, bahkan bangsa ini.


Kita tarik sejarah dalam tahun 1998, dimana mahasiswa berperan besar dalam penggulingan rezim Soeharto. Yang sangat jelas, dengan gelar "Maha" dalam "Mahasiswa", mahasiwa sudah setara denga presiden, dan mampu menggulingkannya. Namun, kali ini kita tidak membahas bagaimana mahasiswa bisa menjadi kekuatan besar. Namun terlebih untuk bagaimana mahasiwa bisa menjadi kader bangsa yang bersiap berperan untuk orang lain, dalam hal ini adalah masyarakat dan atau rakyat.


Mahasiswa bisa berdemo, bertawur dengan aparat dalam mebebaskan masayarakat dan atau rakyat tertindas. Tapi tak hanya cukup dengan fisik kita dalam berperang melawan.


Kita gunakan "Maha" kita untuk menentukan jalan-jalan lain yang lebih efektif, untuk bisa tepat sasaran. Karena kita memiliki kebebasan dan kekuasaan untuk menentukan arah dan tujuan bangsa ini. Seranglah mereka dengan bidang gelutanmu, dengan pedang-pedang ilmumu, dengan pistol-pistol pengetahuanmu dan hancurkan dengan atom semangatmu.


Yah! Pembahasanku dari awal memang terlalu rumit dan tak terstruktur dengan baik, namun mungkin bisa kalian tangkap intinya. Yah! "Maha" dalam diri seorang "Mahasiswa" memang masih membingungkan bagiku. Bahkan sebagai contoh, terkadang aku dan teman-temanku lebih memilih ngopi atau nongkrong ketika ada jam kuliah atau mata kuliah yang dirasa tak bermanfaat dan tak ada gunanya bagi kita. Apa salah? Apa kami bisa disalahkan? Tidak, kami "Maha", kami tahu mana yang harus dilakukan dan tidak.

Bahkan, kami lebih begadang malam daripada harus belajar, dan esoknya akhirnya terlambat dan atau harus absen. Itu pun kami masih bisa membantah, kami tak salah, kami "Maha". Karena dalam siapa yang menyangka, mengira, dibalik kesemerawutan kami dalam menjalani kuliah, banyak hal lain yang jauh lebih bermanfaat dan kami dapatkan di luar sana dari pada di perguruan tinggi.

Baju kebesaran kami, "Mahasiswa" lebih berarti ketika berada di luar "Perguruan Tinggi", kami lebih merasa menjadi mahasiswa yang sesungguhnya, tanpa terkekang otoriter dan klaim para pendoktrin. Kami bebas belajar dimanapun yang kami suka. Kita "Maha", kita lakukan mana yang yang kita inginkan dan lakukan mana yang harus dilakukan.



Total Tayangan Halaman

Popular Posts